Pernah berpikir tentang makna hidup?
Pernahkah
Anda bertanya Siapa Aku? Dalam diri Anda, atau coba renungi dalam-dalam
dan hayati : untuk apa kita hidup, dan mau dikemanakan hidup kita? Jika
Anda tidak tahu apa jawabannya. Bisa jadi Anda selama ini tidak tahu
untuk apa Anda ada di dunia ini. Dan hidup Anda pasti Anda alirkan saja
seperti air yang mengalir.
Ketika
kita menggunakan sepeda motor misalnya, kita menyalakan mesin motor
tersebut, lalu kita naik dan mengendarainya.Tetapi kita sendiri tidak
tau kemana kita harus pergi. Ahirnya, hanya berputar-putar saja, dan
melewati jalan yang sama berulang kali. Apa yang kita rasakan? Tentu
saja hampa, bukan. Tidak berasa. Seperti itulah hidup yang kita rasakan
apabila tanpa kita memaknai hidup dengan benar, tanpa arah, dan tanpa
tujuan.
Ayam
menghasilkan telur, sapi menghasilkan susu, lebah punya madu, cacing
yang mungkin Anda jijik melihatnya dapat menyuburkan tanah. tumbuhan
dapat pula kita makan sehari-hari, benda mati seperti kursi saja punya
manfaat untuk kita duduki, komputer membantu kita bekerja sehari-hari,
lalu kita? Untuk Apa?
Hidup
pun punya makna, bukan hidup tanpa makna, sehingga hidup terjadi apa
adanya. Apakah Anda hanya ingin hidup yang sebentar ini untuk suatu hal
yang sia-sia.
Saya contohkan,
Dalam
hidupnya Rani bersekolah hingga umur 18 tahun, lalu di melanjutkan
kuliah, tetapi ia tak pernah cocok dengan kuliahnya tersebut. Rani
menjalaninya dengan terpaksa, setelah lulus Rani menikah dan mempunyai
anak, setelah itu dia membesarkan anak dan menjadi ibu rumah tangg. Rani
melakukan itu hingga masa tua.
Apakah
Anda akan menghabiskan hidup Anda dengan hanya menjadi ibu rumah tangga
saja? Hidup ini tidak ada gunanya donk. Tidak berarti apa-apa dan tidak
mempunyai kesan. Seorang tukang batu, dia memaknai hidup ini untuk
menjadi tukang batu dan bekerja terus sampai tua, seorang direktur,
terus bekerja di kantor berkutat dengan kertas-kertas dan
dokumen-dokumen dalam pekerjaannya. Apakah Anda tidak bosan? Pasti iya,
kenapa? Karena makna hidup sesungguhnya tidak Anda temukan.
Ketika
salah dalam memaknai hidup, Anda selamanya akan terjebak dalam ketidak
bermaknaan hidup. Hidup ditangan orang materialis, orang tersebut akan
memikirkan bagaimana dalam hidupnya selalu dipenuhi oleh materi. Jika
hidup ditangan orang hedonis, maka hidup akan diartikan senagai mencari
kesenangan, yang penting senang. Begitu juga dengan hidup digenggaman
orang malas, otomatis selamanya hidup akan dipenuhi oleh rasa malas
untuk melakukan suatu hal sekecil apapun.
Mengapa Tidak Bermakna?
Sebagian
besar anak yang menginjak usia remaja seringkali dihinggapi rasa
kebingungan. Bingung untuk menentukan kemana harus pergi, dimana harus
melangkahkan kaki, apakah yang aku lakukan ini benar, kenapa aku
melakukan ini, rasa bosan, putus asa, dan macam-macam.
Seringkali
pula melahirkan rasa tidak peduli (apatis), sehingga pada akhirnya
hanya melakukan pelarian. Lari dari realitas yang sesungguhnya. Lari
dinyatakan sebagai suatu alternatif pemusnahan masalah bagi mereka,
padahal sebenarnya lari tidak menyelesaikan masalah, bahkan menambahkan
masalah karena masalah akan semakin tertumpuk dan tidak terselesaikan.
Victor
Frankl, mengidentifikasi keadaan hidup yang tidak bermakna sebagai
gejala penyakit psikologi, bernama frustasi eksistensial. Victor Frankl
mengartikan frustasi eksistensial sebagai suatu keadaan penderitaan
batin berupa adanya perasaan-perasaan hampa, keadaan “mati” sebelum
mati”.
Penderita
penyakit ini dapat dikatakan mengalami suatu kematian diri (jiwa)
akibat dirasakaannya hidup yang tidak berguna dan tidak bermanfaat.
Manusia dapat menjadi seperti mayat yang hidup.
Lalu,mengapa bisa terjadi?
Remaja
kebanyakan tidak tahu mengenai penyakit ini, bahkan bagaimana cara
menyelesaikannya, karena kurangnya ilmu pengetahuan dan penyebaran
informasi yang relatif sedikit. Jika tidak tahu maka cenderung tidak
dipedulikan dan dilupakan begitu saja.
Remaja
tidak tahu nilai penting sebuah hidup itu. Lalu, lahirlah
istilah-istilah bahwa hidup adalah permainan, hidup hanyalah panggung
sandiwara. Sehingga, manganggap hidup pada akhirnya tidak penting untuk
diperjuangkan.
Emosi
yang masih labil, lebih mengutamakan perasaan, dan mengikuti sistem
kepercayaan yang turun-temurun. Prestise harga diri pun terlibat. Dari
kecil seorang anak sudah didoktrin, bahwa hidup yang enak adalah
mempunyai materi, seperti menjadi dokter, insinyur, pilot, astronom,
sehingga remaja pada akhirnya cenderung mengarahkan hidupnya disitu.
Imbas
dari berkembangnya industrialisasi di negara-negara maju dan
berkembang. Efek negatif dari industrialisasi ini akan mengakibatkan
watak-watak pragmatisme, materialisme, individualistik dan liberalisme.
Bahkan nihilisme yang memandang kehidupan tidak lain dadalah proses
pembakaran dan kekosongan (fana).
Mudah
saja mengenali orang yang tidak punya makna hidup. Kebanyakan ketika
ditanya cita-citanya mereka akan menjawab tidak tahu, atau ditanya apa
tujuan hidupmu maka jawabannya juga tidak tahu. Orang yang selalu
bingung dan bimbang, linglung, tidak bersemangat dalam hidup, tidak
mempunyai spirit dalam hidup atau motivasi untuk hidup.
Dampak Ketidakbermaknaan hidup
Problem-problem
tersebut sangat rawan untuk menimbulkan masalah pada remaja. Utamanya
masalah yang berkenaan dengan hidup. Hal ini mempengaruhi hidup seorang
akan mencapai kesuksesan atau tidak. Maka lahirlah sifat-sifat inferior
atau superior yang membuat seorang tidak mengenali potensi dirinya dan
mengantarkan pada keterpurukan dan kehancuran hidup.
Seorang
yang salah memaknai hidupnya sama dengan seorang yang tersesat di suatu
jalan. Dia tidak akan sampai pada jalan yang benar. Dan terus memilih
jalan yang salah, jalan yang tidak akan sampai pada tujuan hidup yang
sebenarnya.
Bunuh
diri, merupakan salah satu efek dari pemahaman makna hidup yang tidak
benar. Seorang yang frustasi karena putus cinta misalnya, menganggap
bahwa hidupnya tidak akan bermakna tanpa ada pasangannya yang
dicintainya itu mendampinginnya. Secara, langsung berarti hidup adalah
untuk mendapatkan cinta, Tiada cinta, maka berakhirlah hidup. Putus Asa,
hanya ingin mendapatkan jalan pintas atau bahkan tidak tahu cara
menyelesaikan permasalahannya itu akhirnya keputusan mengakhiri hidup
yang dipilih. Padahal, ketika menyadari bahwa masalah tidak akan
berakhir setelah bunuh diri, dan jikalau anda termasuk orang beragama,
Anda pasti tahu bahwa ada kehidupan setelah mati.
Penderita
penyakit frustasi eksistensial dapat menjadi depresi apabila sudah
terjadi berlarut-larut dan tidak ada penanganan yang memadai, sehingga
terjadilah komplikasi penyakit, yaitu frustasi dan depresi yang
diakibatkan frustasi tersebut.
Sebenarnya
masalah ketidakbermaknaan hidup merupakan masalah yang sangat penting,
dan dapat merusak generasi masa depan, mereka ini rawan ikut-ikutan dan
rawan tersesat. Inilah penyebab utama rusaknya moral remaja, timbulnya
banyak kejahatan remaja, narkoba, seks bebas, pacaran,
pornografi/pornoaksi, malas belajar, pengangguran merupakan akibat
ketidaktahuan bahkan salah memaknai hidup.
Begitu
besar dampaknya, masihkah terus-terusan seperti ini, jika masa depan
yang dipertaruhkan, suatu saat peradaban akan musnah, dimanakah
kepedulian Anda terhadap diri anda sendiri dan remaja yang lain?
Tidakkah
Anda ingin sembuh dari penyakit ini. Anda sakit, tetapi Anda tidak mau
diobati, maka selamanya Anda akan sakit. Bangga dengan sakit?
Kebahagiaan yang Maksimal
Hidup
hakekatnya adalah mencari kebahagiaan. Semua orang pasti ingin bahagia,
dan untuk itulah orang melakukan sesuatu hal. Untuk kebahagiaan.
Misalkan orang belajar terus-menerus dari pagi sampai malam, dari muda
sampai tua tujuannya pasti untuk bisa dapat kebahagiaan, lalu orang yang
inginkan kaya berarti dia ingin kebahagiaan dari kekayaannya itu, orang
bersusah payah mendapatkan cinta, sampai dibela-belain segala macam,
sampai mengorbankan dirinya itu pula untuk mendapatkan kebahagiaan.
Apakah
Anda hanya sekedar menginginkan bahagia yang hanya sementara itu, untuk
mendapatkan kenahagiaan yang sebentar saja Anda harus berkorban
sebegitu lama,
Coba
kita hitung. Misalkan hidup kita hanya 25 tahun, sementara Anda ingin
mendapatkan kebahagiaan dari studi yang sudah Anda kerjakan selama 23
tahun, berarti Anda hanya 2 tahun menikmati hasil jerih payah Anda
(kebahagiaan).
Apakah
ini kebahagiaan yang sesungguhnya? Tidak. Kebahagiaan yang sesungguhnya
adalah kebahagiaaan yang maksimal, kebahagiaan yang sepadan dengan
hasil kerja keras kita.
Lalu
apa hubungannya dengan makna hidup? Karena hidup kita hakekatnya ialah
mencari kebahagiaan yang maksimal. Maka seharusnya hidup kita arahkan
pada perjuangan meraih kebahagiaaan yang maksimal itu, bukan kebahagiaan
yang hanya sesaat. Itulah makna hidup. Hidup punya makna dan hidup
punya arti yaitu kebahagiaan.
Orang
merasa hidup ini bermakna apabila ia dapat mempunyai tujuan hidup yang
dianggapnya tertinggi, sehingga hidupnya akan sangat bernilai apabila ia
dapat mencapainya. Dan segala upaya yang dapat mendekatkannya kepada
tujuan tersebut, akan menciptakan pengalaman bermakna. Kesadaran untuk
hidup bermakna muncul melalu pengalaman dan penghayatan hidup. Setiap
keberhasilan kita dalam memenuhi tujuan tersebut akan menciptakan
kenikmatan dan kebahagiaan, tetapi begitu cepat kenikmatan dan
kebahagiaan itu berpisah dari dari kita. Setelah itu kita akan merasakan
kesemuan dan rasa berpisah yang dalam apabila itu kebahagiaan yang
sesaat dan sementara kita jadikan tujuan hidup, karena itu semua akan
kita tinggalkan karena kematian.
Ketika
apa yang kita dapatkan belum memberikan kebahagiaan yang maksimal.
Berarti kita belum dapat mengoptimalkan hidup untuk menemukan makna
hidup yang benar. Kita butuh suatu tujuan hidup yang membuat kita lebih
“hidup” lagi, dan berani berkorban apa saja untuk mencapainya.
Jangan
sia-siakan hidup sobat, waktu kita hanya sedikit sekali. Mulailah
pikirkan dan carilah makna hidup. Jangan jadi orang yang tersesat dan
menyesal di kemudiaan hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar